“If you want to run fast, run alone. If you want to run far, run together.” ~an African proverb~
Semenjak beberapa tahun terakhir, ‘berlari’ memang menjadi salah satu pilihan berolahraga, terutama bagi kaum urban di kota- kota besar. Nah, tetapi kalau lari- lari di track jalanan/ road run sudah terlalu mainstream dan terasa membosankan, saatnya mencoba trail run!
Apa itu trail run?
Trail run merupakan gabungan olahraga hiking dan running, biasanya dilakukan di daerah pegunungan dengan medan yang bervariasi mulai dari jalanan menanjak, turunan, bebatuan, lumpur, pasir sampai rerumputan. Trail run tentunya lebih menantang dari sekedar lari di track jalanan biasa. Lebih serunya lagi view yang didapatkan selama rute juga pastinya lebih memanjakan mata!
Gampangnya, kalau biasanya kita mendaki dengan berjalan, saat trail run pendakian didominasi dengan berlari. Peralatan yang dibawa juga relatif lebih simpel, biasanya hanya ransel kecil berisi minum dan perbekalan simpel (jangan lupa bawa P3K!) karena setelah sampai puncak, istirahat secukupnya (jangan lupa foto berbagai pose. Heee), kemudian turun lagi. Kan ngga bawa tenda, jadi nggak pakai nginep deh. Hehe.

Di Indonesia, olahraga trail run memang belum setenar di negara- negara barat. Namun, komunitas penggiat trail run ini sudah mulai bermunculan lho. Begitu juga dengan penyelenggaraan beberapa event trail run seperti Mount Rinjani Ultra, Bromo Tengger Semeru Ultra 100, Mesastila Trail Run, Tahura Trail Run, banyak kan! Untuk lebih lengkapnya bisa cek di sini.
Akhir Oktober 2014, saya dan 4 orang teman mencoba trail run ke Lembah Ramma, di Kab. Gowa, Sulsel. Di antara kami berlima cuma Ichal yang sudah lama berpengalaman ngtrail run. Saat kuliah di Bandung, Ichal mulai bergabung dengan komunitas Bandung Explorer yang rutin ngaprak ke berbagai tempat berbukit dan bergunung di Bandung. Ichal juga pernah mengikuti Mount Rinjani Ultra 2014 Race dengan jarak tempuh 52 km! What an achievement! 52km itu kurang lebih setara keliling Stadium Old Trafford, Manchester 150 kali putaran lho! *bagaimana, udah lemes bayanginnya?* (Lain kali saya akan buatkan postingan khusus tentang Ichal dan hobi berlarinya yang sangat menginspirasi 🙂 )


Sabtu siang kami berangkat dari Makassar menuju Kampung Lembanna di Kab. Gowa yang akan menjadi pos terakhir sebelum Minggu subuh keesokannya kami akan ngtrail run menuju ke Lembah Ramma. Jarak tempuh dari Lembanna ke Lembah Ramma +- 7 km, artinya +-14 km pp. Lembah Ramma sendiri berada di ketinggian +- 1.600 mdpl dan merupakan daerah perbukitan yang berada di kaki gunung Bawakaraeng serta menjadi salah satu lokasi favorit untuk camping.

Minggu subuh, setelah solat subuh kami segera berangkat. Setelah pemanasan cukup dan berdoa kami segera menyusuri rute berlari menuju lembah Ramma. Rute yang kami lalui sama kok dengan rute para pendaki. Bedanya kami bukan berjalan santai seperti para pendaki kebanyakan tetapi menempuh jarak dengan (berusaha) berlari.
Sebagai seorang newbie, stamina saya betul- betul diuji. Naik gunung baru sekali, lari pagi juga masih angot- angotan, lha ini mau naik gunung sambil lari. Apalagi saat itu saya baru saja pulang dari trip Myanmar dan kondisi badan kurang fit karena flu. Jadi yang ada selama lari, yang sebagian besar jaraknya terpaksa saya tempuh dengan berjalan, saya harus berjuang mengatur napas sambil mencegah (baca: menyedot) ingus yang selalu meler- meler ke bawah. Yekkkks. Sungguh, berlari dalam kondisi flu adalah suatu perjuangan tersendiri (jangan ditiru ya).
Nah bagian asyik dari trail run adalah medannya yang bervariasi. Beberapa puluh meter ke depan bisa jadi tanjakan berbatu, kemudian berganti masuk hutan, lalu ada bonus jalanan datar, tak lama kemudian turunan terjal, kadang melewati aliran sungai kecil berbatu. Seru deh pokoknya, nggak akan bosan selama di jalan, berlari- lari loncat ke sana ke mari berasa jadi pendekar lagi ngejar mak lampir. Apalagi kalau ketemu view yang oke bisa foto- foto sekalian istirahat. Kalau istilah anak kekinian, view nya itu instagrammable banget!!

Salah satu jalur yang paling menguji mental saya adalah saat turun dari puncak Tallung menuju lembah Ramma yang medannya masyaallah banget. Curam sekali dan tidak ada jalur patennya! Sehingga kita harus jeli mencari jalur yang aman. Kadang melihat turunan terjal di bawah rasanya jiper duluan, kaki berasa maju mundur. Ini jalurnya memang begini ya? Gimana kalau ambrol waktu saya injak? Ini nggak ada jalan lain ya, musti ya lewat jalan ini? Ibuuuuu…

Tapi masa gini doang nyerah sih? Yakin? Yang lain aja bisa masa kamu engga, Rosa? Pikiran- pikiran liar sering terlintas dalam otak saya, dalam kecepatan kilat. Well, drama tersebut tentu hanya terjadi dalam pikiran saya. Saya berusaha meminimasi mulut saya mengeluarkan keluhan apalagi umpatan. Saya suka merasa bersalah sendiri kalau selesai ngeluh/ ngumpat. Hahaha. Selain nggak enak dikuping sendiri dan kuping teman2, keluhan juga nggak akan memperbaiki performa kan. Mending tenaganya dibuat ngatur napas, atau ngemil coklat. Eh.
But hard work always pay off! Ada rasa puas menggelegak di dalam dada ketika sampai di Lembah Ramma. Yeay, I nailed it, I am stronger than my excuses! Kalau saya nggak nyobain trail run ini, saya nggak akan tahu kalau ternyata saya bisa. Kalau saya nggak ikutan trail run ini, mungkin penghargaan saya terhadap teman—teman dan pertemanan kami nggak akan lebih dalam. Kalau saya nggak ikutan trail run ini, mana bisa saya menyaksikan sendiri view yang instagrammable banget itu!



Kalau kamu tertarik nyobain trail run nggak? Kalau aku sih, yesss!
Tips trail run bagi para pemula dari Ichal:
- Jaga kondisi tubuh sebelum berlari. Usahakan tidak begadang sebelum berlari keesokan harinya. Jangan lupa carbo loading 1-2 hari sebelum berlari dengan mengkonsumsi karbohidrat yang cukup sebagai bahan bakar selama berlari.
- Trail run biasanya berjarak sangat jauh, berbeda dengan road run. Untuk itu perlu latihan seminggu sekali atau 2x sebulan sebelum latihan ke gunung,
- Lakukan pemanasan yang cukup dan menyeluruh untuk meminimalkan risiko cidera. Lakukan latihan olahraga lainnya yang mendukung performa endurance kita selama berlari, seperti freeletics.
- Gunakan gear yang nyaman seperti sepatu yang sudah biasa dipakai untuk berlari (hindari menggunakan sepatu baru karena kaki butuh adaptasi terhadap sepatu yang kita pakai), baju dan celana berbahan dry fit yang menyerap keringat, ransel kecil tapi cukup untuk menyimpan bekal selama berlari seperti air minum, makanan, obat P3K, supaya lebih memudahkan pergerakan kita. Sarung tangan kadang juga diperlukan karena udara di gunung biasa lebih dingin.
- Jangan paksakan untuk terus berlari, nikmati alam itu juga penting, bisa sambil berfoto untuk mengalihkan rasa capek lho. Hehe
Keren :speechless
Selamat buat pencapaiannya! :hihi
Saya baru pertama kali baca soal trail run di sini. Memang menikmati alam pun bisa dilakukan dengan berlari, dan kenikmatannya pun sama berkali-kali lipatnya! Seru!
Bangetttt! Seru deh, patut dicoba gara! Capeknya kebayar lunassss
Aku mau nyoba lari2 yg mainstream dulu Sa, soalnya lama bangeeeettt ga lari2 cantik 😆
Hihihi ayo mb dian semangattt. Nanti ikutan yg bromo tengger semeruuuu seruuuu
Duh Saaaa, lari di medan datar aja nafasku sudah Senin – Kemis, gimana klo medannya naik turun *pijet2 lutut*
Wiihh medan larinya dasyat . View campingnya keren sekali 😉
Vieww ok bgt mb. Aplg ada sungai kecil msh jernihhh bgt. Ademm deh.
Di aussie jg kan srg pd lari2 k gunung ya mb nisa?
Lembah Ramma cantik banget …..
naik gunung tapi lari2an pastinya butuh fisik yg prima banget
salut banget denganmu dan teman2
Cantikk mb, mknya klo liburan/ weekend suka rame bgt sm anak2 mapala
Iya mb mon, bth latian yg konsisten jg. Tp klo capek bisa brenti sebentar, foto2, duduk2. Seruu kok. Intinya kan mau sehat dan menikmati alam. Heeh
Waaaahh mbak Rosa kereeen.. Jempol semuaaa 😃
Teteh mah beneran deh sudah ngga sanggup kalau disuruh lari2 mah, mending naik sepedah deh 😁
Waduh teteh klo jempol semua, cincinnya dipake dimana hehehe
Aku klo sepedaan di mkassar was2 teh, takut disamber kendaraan yg laen huhu. Aplg g ada jalur khusus sepeda 😦
Ya bikin cincinnya yg besar2 ukurannya, pasti bisa hihi
Teteh juga ngga berani sesepedahan di Bandung, aduuhh ngeri.. ntar selain diserempet, diomelin pula 😩😩😩
Wuih, keren bangget ini Ros!
Cuma resikonya tinggi ya? Aq gak bisa ngebayangin manjat2 bidang miringnya ini. Pernah naik bukit ama anak2 ku lewat jalan gak biasa dan terjebak bidang miring cukup curam, aq gemeteran krn takut bocil kepleset, mereka malah ketawaan krn excited.
Cakep kan mb ziza hehehe…
Anak2 kan suka gt to, pnasarannya tinggi bgt. Seru ya klo anak2 dr kecil uda suka dibawa main ke alam
Bah kuatnya kalian, hebat
Masih gejolak kawula muda mbak non hehehe
Anda luar biasaaahhhh 👍
Trimakasih 🙂
waahh
love word medannya “masyaallah banget” ! hahaha
Hahaha, bener deh tuh. My pic describes the whole sentence better. Lol.
Wah keren kak, selamat atas pencapian muncaknya, hehehehe
Mantap Rosa! Bagus tempatnya dan selamat bisa selesai lari menurut routehta!
Makasih mb Yo! Hehe 🙂
Seru mb, capeknya kebayar lunas 😉
Mbak aku speechless. keren bangeet! untuk trail run biasany mb latihannya gmna untuk melatih stamina?
btw aku suka kalimat ini “Yeay, I nailed it, I am stronger than my excuses!”
Makasih nabila hehe 🙂
Latiannya lari aja sama ikutan sweatcamp freeletics. Lmyn membantu itu 🙂 eh di bandung/ jkt jg ada kok. Eh nabila domisili bdg kan ya?
kalau komunitas trail run ada di jogja gan admin? jadi pensaran dengan ceritanya
Halo ahmad dahlan,
Sy krg tau komunitas trailrun di jogja. Mgkn bisa hub indorunner/ freeltics yogya. Smg membantu 🙂
ihh .. keren banget .. lari di alam seindah ini …